Sabtu, 19 September 2009

Jangan Tanyakan Pada Cinta!

Terkoyaknya langit malam ini menambah kerinduan pada khayalan yang tak pasti.
"'Rancangan aksara mendung terus kusambung, tapi tetap tak dapat kujunjung.'' Bisik Rindu menggelitik gendang telinga Cinta yang masih saja tertidur lelap.

Ribuan bahkan jutaan Zeuz berjibaku mewahyukan guntur pada Cinta yang tak perduli apa-apa. Selalu gagal. Namun tak pernah lelah mereka berusaha. Sampai urat leher Sisifus terputus hingga mampus.
''Cinta, izinkan aku menyetubuhimu. Memperkosamu sampai engkau punya nafsu...'' Seloroh rindu.

"Tetap tertidurlah yang lelap wahai Cinta! Bangunlah jika rindu ini telah kehabisan nafsu..." Lanjut Rindu sambil merobek belahan kemeja kumuh yang lengket keringat di badan Cinta.

Cinta tetap tak bangun. Meski dipeluk baunya, dijilat hasratnya, dicium bulu ketakutannya, Cinta tetap tak sadar. Lanjut Rindu menelanjanginya dalam usaha membangunkan Cinta dari ketidaksadarannya.

Sampai habisnya malam, Rindu masih saja berkelamin. Seperti tak akan menyerahkan rasa rindunya yang tak jelas dibawah pusar Cinta. Namun ketika Bulan telah bertukar dengan Matahari, Cinta membuka matanya pelan-pelan. Dengan rasa sakit yang terkalahkan cintanya, berkatalah Cinta pada Rindu yang sedang asyik melucuti kehormatannya.
"Izinkan aku berdoa sejenak kepada langit wahai Rindu. Jangan biarkan aku membuta langit pagi ini. Langit yang cerah dan penuh harapan."

"Doa? Yang bagai uang untuk membeli mimpi itu? HA HA HA. Berdoalah sepuasnya! Dan beli semua mimpi yang tak pernah pasti! Dan aku akan terus mengkonsumsi tubuhmu yang nyata dan tidak seperti mimpi. Sampai nafsumu peduli." Tegas Rindu membentak Cinta.

Sejenak Cinta menutup matanya diantara frekuensi tawa Rindu yang menyeka telinga. Berdoa penuh makna dan harapan dengan muka yang lugu ala Miyabi dengan seragam sekolahnya.

Baru saja Cinta membuka matanya dengan penuh kepasrahan, Rindu menghunuskan tangan di urat lehernya. "HA HA HA... Apa yang telah kau minta kepada langit?" Hentak Rindu dengan senyuman menawarkan hasrat yang tak terkalahkan.

"Aku hanya menyerahkan jiwaku kepada langit, untuk memilikinya, yang memiliki raga kotor ini. Dengan itu, bunuhlah aku jika kau mau. Lucutilah aku lagi. Tunjukan pada langit bagaimana pola konsumsimu. Dan sekarang, biarkan aku tidur lagi." Diakhir pandangan matanya Cinta berkata.





September 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar