Minggu, 19 Februari 2012
Terra Angkara - Homicide
Suara Wiji Thukul membacakan puisi protesnya berjudul “Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu” memulai lagu ini, menghadirkan sebuah ketegangan. Kesan itu berlanjut dengan hadirnya suara hiruk-pikuk negosiasi massa seraya merepetisikan teriakan, “Lawan! Lawan! Lawan!”. Permulaan yang memukau untuk lagu dari band hiphop politis.
Terra Angkara, sebuah lagu Homicide (1994-2007) di album Illsurrekhsun, menyuguhkan instrumen musik yang disatu-padukan dengan suara-suara tak berirama. Sorak-soray massa, suara senapan, dan pidato Munir (di depan Mahkamah Agung, 12 Desember 2001) di lagu ini, semakin menguatkan suasana tegang. Dengan ketiadaan lirik, kolase suara tersebut justru terdengar menyatu dengan instrumen musik.
Namun, mendengarkan lagu ini tak bisa separuh-separuh. Jika begitu, pada menit ke 3:29, misalnya, suara beberapa orang yang meneriakkan “Allahu akbar.. Allahu akbar..”, di saat ini akan mengonotasikan sorban, jenggot, gamis, kayu, dan golok. Nampaknya Homicide tak bermaksud menyampaikan hal tersebut. Sebab, sebelumnya, selain hadirnya ketengangan massa, suara orangtua yang jelas mengaduh, menambahkan kesan perlawanan massa terhadap penguasa: “ternyata, di bumi ini, tidak ada sama sekali keadilan.."
Pemilihan judul “Terra Angkara” juga menopang suasana di lagu ini. Sekitar 70% bagian tubuh lagu ini (perhitungan kasar), didominasi suara-suara yang memberikan efek tegang. Lagu ini berhasil membuat pendengar merasa risih, atau setidaknya mengucap, “lagu apaan sih ini?!”
Ada banyak musisi yang membuat nada/musik, lebih dulu dari pada lirik. Hal itu memungkinkan adanya pemotongan tubuh lirik yang akan berpengaruh pada makna yang ingin disampaikan. Lagu ini seperti memberi solusi pada stagnasi masalah tersebut.
Saya menjadikan lagu ini sebagai alarm blackberry yang membangunkan saya untuk ke kampus, pagi-pagi.
20 Februari 2012.
Label:
Perspektif,
Review
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
mana liriknyaa?
BalasHapusSipp terimakasih bang
BalasHapusada hal yang mengesankan juga dari homicide yang di beri judul "purgatory". mari kita kembali untuk belajar membaca bang.
gue paling suka ketika ucok homicide berteriak "KAWAN MANA KEPALAN KALIAN.!!??" itu seakan akan ngebangkitin kepercaya'an diri gue secara tidak langsung. dan sepertinya semua teriakan teriakan ucok homicide sudah membangkitkan ribuan hasrat perlawanan.
BalasHapussemua teriakan teriakan ucok homicide secara tidak langsung mampu membangkitkan hasrat perjuangan kepada mereka yang mendengarkanya, apalagi teriakan yang satu ini "KAWAN MANA KEPALAN KALIAN.!!??"
BalasHapusLagu bagus buat merenung sebuah pergerakan, keadilan, dan inilah gambaran sisi kelam sebuah perlawanan.
BalasHapus"Diculik peuting peuting (diculik malam2)" "Retina nya ngelupas. Biji matanya dibenturkan (seinget sy gitu kalo ga salah liriknya)" pas bagian ini bergidik rasanya....
BalasHapus