Mengapa aku terlahir dengan membawa jerit tangis?
Mungkin ketakutanlah yang ada dibalik semuanya. Dia suka mengikuti direnggang-renggang hembusan nafas, menempel dibulu-bulu lembut diatas tengkuk, berdetak labil diurat nadiku mengatur denyut, sampai-sampai akhirnya sampai pada kehidupan dunia yang semrawut.
Hampir tidak ada batasan ruang, tempat, dan waktu untuk merasakan takut. Terkadang dia ada dimangkuk bakso kepanasan, ditengah jalan meraya ramainya kesepian, dibawah tarian hujan yang memaksa kita untuk memakai payung ketakutan, dan bahkan ada dialam ketidaknyataan.
Aku juga sering menemuinya ketika kebebasan keinginan akal pikiran membangkangi aturan, perintah, dan suatu larangan. Sering pula aku mencoba mengundang berani untuk membantuku melawan rasa takut. Ketika berani itu datang menghampiriku, aku tak tahu apa yang akan terjadi? Ternyata... Ya! rasa takut itu sekejap lari tergesa-gesa tanpa menunjukan paras biritnya. Meski begitu aku yakin dia akan kembali lagi tanpa pernah aku sadari dan tanpa pernah bosan didatangi berani.
Seberapa besar skala ketakutan yang akan datang menghampiri kita? Kita tidak pernah tahu. Maka, siagakanlah keberanianmu! Karena hanya keberanianlah yang dapat menakuti ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar