Sepertinya dunia kini sudah semakin gila saja. Paru-paru kehidupan sosial kini disesaki oleh wangi pesona uang yang 'argh!'. Bisa kita lihat dijalan-jalan, Sangat banyak Pamplet, Stiker, Spanduk penawaran dari kaum kapitalis yang direkatkan disembarang tempat. Dari mulai yang bertopik sedot WC, Biro jasa badut, Pesan antar makanan, Sampai sekolahan mewah yang buta akan anak-anak jalanan disekitarnya.
Apakah yang diharapkan dari semua penawaran itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah uang. Sampai-sampai peduli setan akan keindahan dengan merekatkan penawarannya sembarangan dijalan-jalan, Perkampungan, Bahkan ada yang sampai ke tembok rumah warga. (Hey bung! Bilang ke anak buah mu! Hati-hati kalau mau promosi! Jangan sampai saya tempel penawaran roti kontol babi bersamaan dengan nomer telfon saya didepan pintu rumahmu!).
Begitu juga dengan para caleg yang hangat di bicarakan belum lama ini. Muka lugu sampai bengisnya terpampang menyeruak ditepian jalan bahkan sampai pelosok perkampungan. Bermodalkan pengorbanan uang yang seperti besar biji buah zakarnya dajjal, Mereka memimpikan kekuasaan yang penuh dengan kemewahan yang saya rasa semua orang buta pun pasti akan bilang "wah!". Hampir sama bukan dengan para kaum kapitalis?
Tapi pada akhirnya banyak pengorbanan dari mereka yang seperti biji buah zakar dajjal-nya itu pun menghasilkan sebuah nol berdiameter satu sentimeter yang sangat besar. Sehingga tak sedikit dari mereka yang frustasi atau stres atau gila yang disebabkan semua pengorbanan berbentuk uangnya sia-sia. Karena tak bisa menempatkannya pada kursi legislatif.
Prihatinnya, masyarakat pun ikut sengsara atas kegilaannya karena para caleg gila tersebut semena-mena dengan perbuatannya. Ada yang memblokir jalan (Katanya sih jalanan itu punya kakeknya. LOL!), ada yang teriak-teriakan ditengah keramaian, ada pula yang menonaktifkan kegiatan belajar mengajar disebuah SD dengan mengunci gerbang sekolahan (Alasannya sekolahan tersebut direnovasi didanai oleh-nya katanya).
"Oh uang! Mengapa kau begitu mempesona? Tuntuanmu memang sungguh memuakkan, Tapi kau sangat dibutuhkan."
Coba sekarang anda bayangkan, Jika anda sangat kehausan dalam suatu tengah hari yang membara, Dan anda hanya bisa mendapatkan air dengan membelinya yang berharga limaratus rupiah pergelas. Tapi nyatanya disaku anda tak ada seratus rupiah pun yang tersisa. Sebegitu tajam kah tuntuan uang? Padahal air adalah sumber kehidupan yang selayaknya semua orang berhak mendapatkannya. Tapi sekarang uang menuntut kita, mengharuskan membeli sebelum dikonsumsi dalam gelas-gelas plastik atau botol-botol literan bermerk.
Bukan hanya itu, Eksploitasi anak, Perdagangan lubang vagina, Usaha bunuh diri bermotifkan tak punya biaya, Korupsi kecil-kecilan atau bahkan mungkin kejahatan kerah putih, Eksekusi mati dari penembak jitu yang dilakukan kepada Nasaruddin, Itu semua karena tuntutan dari kekonyolan pesona uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar