Jam delapan malam, sampailah Badu di rumahnya, dengan disambut hangat anaknya. Anaknya, yang baru berusia lima tahun, merayakan kepulangannya dengan senyum dan pelukan. “Ayah, temanku di sekolah sudah ada yang berani tidur sendirian. Bolehkan nanti aku tidur sendiri?” kata anaknya sambil menarik tangan ayahnya, menuntun masuk ke dalam rumah. Badu sejenak tersenyum, “Wow! Tentu saja kamu boleh melakukan hal itu”. Istrinya pun ikut tersenyum melihat tingkah laku mereka berdua. Kemudian, seperti biasa, ia membuatkan teh hangat untuk suaminya yang baru pulang.
Melihat tv yang masih menyala di ruangan tamu, Badu langsung terduduk. Tak sadar, melepaskan tangan anaknya yang sebelumnya ia genggam. Ia penasaran dengan berita di tv yang tak sengaja dilihatnya ketika ingin menuju ke kamar untuk mengganti pakaian. Hari ini, terjadi pengeboman di salah satu gedung di Jakarta. Sehingga berita tentang terorisme kembali menjadi berita terpanas. Lebih panas dari berita ledakan gas yang terjadi di mana-mana. Namun ia belum mengetahui bagaimana pengeboman itu terjadi. Di kantornya, ia terlalu sibuk. Sehingga tak memiliki waktu untuk membaca koran, atau menonton televisi. Ia hanya mendengar berita itu sekilas dari kawannya ketika ingin meninggalkan kantor. Ia penasaran. Ia menyaksikan berita itu bersama anaknya.
“Ayah, teroris itu apa?” penasaran anaknya bertanya.
Badu tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Di Indonesia, kebanyakan orang menganggap, teroris adalah orang-orang yang bekerjasama untuk melakukan tindakan bom bunuh diri atau pengeboman. Sehingga membahayakan orang lain di sekitarnya” jawab Badu.
“Tapi aku suka Bomberman, Yah. Apakah aku termasuk teroris? Dan apakah Bomberman itu jahat seperti teroris?” lanjut anaknya yang masih penasaran.
“Apa itu Bomberman?” Badu tak mengerti apa yang dikatakan anaknya.
“Bomberman itu game di play station yang selalu aku mainkan setiap hari, Yah…” anaknya menjelaskan.
Mendengar jawaban itu, Badu tertawa. “Ha-ha-ha! Sayang, kamu tidak jahat. Dan kamu juga bukan teroris. Itu hanya permainan buatan manusia. Dan si Kreator pun, bukan orang Indonesia. Sedangkan Pertamina hanya ada di Indonesia. Sebab, Pertamina mau membayar nyawa yang sudah mati karena ledakan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar