Aku pernah menemukanmu,
yang menyelinap di ranting-ranting kata
gugur daunnya berkarat
Saat itu bulan pucat pasih. Udara sehening gereja
Dan air mata hilang bersama logika
Oh alangkah memelukmu seperti hanyut menuju nirwana
Yang airnya sesuci Gangga. Mengalir menuju cahaya
Tanpa langit kelam. Tanpa harus percaya
Sungguh betapa malu-malunya aku pada batu
Ketika kau katakan bahwa betapa cinta adalah bayang-bayang nestapa
Di hanyut dalam genangan darah penunda kremasi arwah
Karena penyesalan adalah pelajaran berharga
Kini memujamu adalah mencium dagu
Dan mencintaimu adalah menjilat pilu
Yang lenyap bersama asap. Yang tulah dalam nanah. Yang lebur dalam waktu. Yang mengepal tanganku melawan rindu.
Kemudian engkau akan menemukanku
Akan menemukanku. Kau akan menemukanku
Yang segalanya hanyalah Semoga
Sambil menggigit jari melawan rindu
Kau boleh sekali melupakan sejarah!
Maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar