Selasa, 09 Juli 2013

Jengkel


Akhir-akhir ini pacar saya sering jengkel. Harapannya sering tak sesuai kenyataan. Bukan karena cemburu, tapi karena saya main golf melulu.

Golf yang saya maksud bukan olahraga elit dengan pendamping caddy gadis cantik nan ramping layaknya Antasari Azhar dengan Rani. Melainkan Letsgolf, sebuah permainan golf virtual yang saya dapati di Ipad keponakan saya.



Semenjak menemukan game ini seminggu lalu, hampir setiap hari saya memainkannya. Saya mendabak sibuk mengikuti turnamen di dalamnya dari kelas easy sampai hard.

Saat pertama kali memainkannya, saya teringat pada bulan puasa beberapa tahun lalu: saya dan teman-teman berjam-jam di warnet, dari sehabis Isya sampai setengah empat waktu sahur. Ketika orang beramai-ramai ke mesjid untuk tarawih, kami malah berbondong-bondong menuju warnet. Di sana kami bermain Pangya, permainan serupa Letsgolf, namun sifatnya online.

Yang menarik dari permainan semacam ini adalah saya dituntut untuk memasukan bola ke hole, namun dengan memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mengganggu arah bola. Misalnya angin. Saat memukul, angin dapat memengarhui berubahnya arah bola. Selain itu adalah kerataan tanah, power pukulan, serta akurasi. Semuanya itu harus diperhitungkan sehingga sasaran tepat target.

Ketepatan target dapat menghasilkan HIO (istilah gamers dalam menyebut “Hole In One”). HIO berarti sekali pukul langsung masuk. Tapi hal tersebut tidak mudah. Ketepatan dalam memperhitungkan menjadi keharusan dalam mencapainya. Berkali-kali bermain, saya baru tiga kali mendapat HIO di turnamen Letsgolf. Sulit, namun menantang.

Saking serunya, saya sering lupa waktu. Pada bulan puasa itu, di warnet, rentang waktu dari Isya sampai Sahur bukanlah waktu yang lama. Inilah relativitas waktu. Perasaan asyik dapat mengubah yang lama menjadi sebentar. Kini perasaan itu saya rasakan kembali kalau nge-golf di Ipad.

Akibatnya, pacar saya pun sering jengkel. “Golf terusssssss, golf terus,” keluhnya, pertanda harapannya tak sesuai kenyataan.

Saya pun sering merasa sama dengannya. Saya yang masih berambisi untuk terus mencapai HIO dan memenangkan turnamen, seringkali mengalami kegagalan. Pukulan saya berkali-kali jauh dari hole. Kalau sudah dekat, malah bola tak jarang berbelok karena tanah yang tak rata. Padahal, perkiraan saya rasanya sudah tepat. Power dan akurasi menembak sudah pas. Namun kenyataannya tidak.

Tapi di dunia virtual ini, kenyataan (artificial) bisa saya ulang dan kemudian saya akali sampai menjadi seperti yang saya inginkan. Melesetnya pukulan tak begitu menjadi problem. Saya bisa mengulang pukulan, sampai tepat sasaran, sampai mencapai HIO. Sebab, di permainan ini, saya memiliki opsi “restart”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar