Akhir-akhir ini pacar saya sering jengkel. Harapannya sering
tak sesuai kenyataan. Bukan karena cemburu, tapi karena saya main golf melulu.
Golf yang saya maksud bukan olahraga elit dengan pendamping
caddy gadis cantik nan ramping layaknya Antasari Azhar dengan Rani. Melainkan Letsgolf, sebuah permainan golf virtual
yang saya dapati di Ipad keponakan saya.
Semenjak menemukan game ini seminggu lalu, hampir setiap
hari saya memainkannya. Saya mendabak sibuk mengikuti turnamen di dalamnya dari
kelas easy sampai hard.
Saat pertama kali memainkannya, saya teringat pada bulan
puasa beberapa tahun lalu: saya dan teman-teman berjam-jam di warnet, dari
sehabis Isya sampai setengah empat waktu sahur. Ketika orang beramai-ramai ke
mesjid untuk tarawih, kami malah berbondong-bondong menuju warnet. Di sana kami
bermain Pangya, permainan serupa Letsgolf, namun sifatnya online.
Yang menarik dari permainan semacam ini adalah saya dituntut
untuk memasukan bola ke hole, namun
dengan memperhitungkan faktor-faktor yang dapat mengganggu arah bola. Misalnya
angin. Saat memukul, angin dapat memengarhui berubahnya arah bola. Selain itu
adalah kerataan tanah, power pukulan,
serta akurasi. Semuanya itu harus diperhitungkan sehingga sasaran tepat target.
Ketepatan target dapat menghasilkan HIO (istilah gamers dalam menyebut “Hole In One”). HIO berarti sekali pukul
langsung masuk. Tapi hal tersebut tidak mudah. Ketepatan dalam memperhitungkan
menjadi keharusan dalam mencapainya. Berkali-kali bermain, saya baru tiga kali
mendapat HIO di turnamen Letsgolf. Sulit,
namun menantang.
Saking serunya, saya sering lupa waktu. Pada bulan puasa
itu, di warnet, rentang waktu dari Isya sampai Sahur bukanlah waktu yang lama.
Inilah relativitas waktu. Perasaan asyik dapat mengubah yang lama menjadi sebentar.
Kini perasaan itu saya rasakan kembali kalau nge-golf di Ipad.
Akibatnya, pacar saya pun sering jengkel. “Golf terusssssss,
golf terus,” keluhnya, pertanda harapannya tak sesuai kenyataan.
Saya pun sering merasa sama dengannya. Saya yang masih berambisi
untuk terus mencapai HIO dan memenangkan turnamen, seringkali mengalami
kegagalan. Pukulan saya berkali-kali jauh dari hole. Kalau sudah dekat, malah bola tak jarang berbelok karena
tanah yang tak rata. Padahal, perkiraan saya rasanya sudah tepat. Power dan akurasi menembak sudah pas.
Namun kenyataannya tidak.
Tapi di dunia virtual ini, kenyataan (artificial) bisa saya ulang
dan kemudian saya akali sampai menjadi seperti yang saya inginkan. Melesetnya
pukulan tak begitu menjadi problem. Saya bisa mengulang pukulan, sampai tepat
sasaran, sampai mencapai HIO. Sebab, di permainan ini, saya memiliki opsi
“restart”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar