Selasa, 18 Mei 2010

Iqbal, Mendengarkan Arch Enemy hanya sebagai Alarm Henpon

"Saya sih menduganya dia menyukai Justin Bieber hanya karena dia sempet pacaran sama perempuan yang tak ubahnya dengan seorang pembantu dengan penyakit kulit yang langsung mencari-cari Ponari saja."



Iqbal, adalah teman seperculunan saya yang sejak entah seberapa kapan lamanya. Maka, tidak cukup untuk mengatakan kita saling mengetahui atau saling mengerti satu sama satu lainnya. Ya mungkin pantas dibilang “cukup pahamlah” (‘cukup’ di rapot sekolah, disimbolkan dengan huruf C, maka tidak lebih baik dari B atau A). Apa lagi hanya sekedar selera musik.

Saya mengetahuinya bahwa dia biasanya menyukai lagu-lagu dengan beat yang agak cepat dan agak menghentak (namun jarang sekali digunakan orang untuk membantingkan kepalanya naik turun), apa yang biasa disukainya adalah semacam Arctic Monkeys, The Kooks, dll lah. Namun harus anda tau, sekarang dia sedang menyukai Justin Bieber loh. Saya sih menduganya dia menyukai Justin Bieber hanya karena dia sempet pacaran sama perempuan yang tak ubahnya dengan seorang pembantu dengan penyakit kulit yang langsung mencari-cari Ponari saja. Ya anggaplah Ia hanya keracunan oleh penyakit turunan (biar halus, sebut saja: meme) dari mantannya itu. Tapi bagaimana mungkin Ia hanya sekedar tertular penyakit itu jika ternyata ada satu album Justin Bieber di henponnya? Mungkin awalnya Ia memang keracunan, tapi lamakelamaan, racunnya seakan menjadi makanan yang terpaksa harus di makan karena sudah tak ada lagi yang mantap untuk disantap. Mungkin saja. Tapi itu hanya kemungkinan loh.

Dan kemudian, saya sempat mendadak kaget ketika melihat satu lagu yang paling ‘berbeda’ (dalam tanda petik biar ga bikin masalah) dari lagu-lagu lainnya yang ada di henponnya. Arch Enemy, bagaimana bisa saya tidak mempertanyakannya jika nama band itu ada di playlist lagu dalam henponnya? Itu bukan hal yang biasa! Apa lagi hanya ada satu lagu. Hmmm

Lalu saya bertanya kepadanya, “ngapain lo dengerin Arch Enemy, Bal?” (pertanyaan yang spontan keluar karena kaget, bukan karena melarang mendengarkan suatu jenis aliran musik).

Dan dia menjawab, “gue masukin lagu itu ke henpon gua cuma sekedar buat alarm doang bego! Soalnya pasti bangun deh gue kalo lagu itu dijadiin alarm”.

Apa yang ada dipikiran anda, kita, atau saya? Ketika suatu lagu atau seni sudah benar-benar terlepas dari sosio-kulturnya dan membias dalam industri musik yang sudah semakin mudah dijangkau melalui unduhan-meng-unduh dari website yang buta dan lebih buta dari cinta karena siapapun boleh mengunduh, dari telunjuk yang korengan, bertai-kukuan, sampai telunjuk yang bekas garuk-garuk selangkangan.

Ini hanya cerita konyol yang ingin saya tulis. Bukan karena harus saya tulis. Saya sendiri, tidak dapat pelajaran berharga dari apa yang saya alami. Apa lagi anda? Maka, jangan pernah mengharapkan pelajaran moral dari apa yang sudah tertulis, karena saya sendiri tidak tahu apa itu ‘moral’. Yang saya tahu, moral itu hanya ada (dan dipermasalahkan) di saat seperti ketika kongres gay dan lesbi akan terjadi di Indonesia, buktinya Marzuki Ali mengatakan itu adalah sebuah demoralisasi. Atau ketika Miyabi akan berperan dalam film di Indonesia yang kemudian ditentang habis-habisan dari para ulama seperti MUI, FPI, dan lain-lain. Tapi, alhasil semakin banyak saja anak kecil yang semakin penasaran tentang siapa sebenarnya Miyabi karena terlalu sering dipermasalahkan di tipi. Dan mungkin, mereka (anak kecil) itu sudah lebih tau siapa Miyabi ketimbang saya yang malas mencari tau karena sulit sekali mendapatkan video-videonya. Mungkin di antara anda, ada yang memiliki? Bisa kale bagi-bagi untuk demoralisasi diri saya J siapa tau saja dengan itu saya menjadi mengerti apa yang orang sebut ‘moral’. Yang biasa digembar-gemborkan FPI tanpa peduli humanitas, dan norma untuk menuju kepada sebuah 'nilai'.

Ya Tuhan, maafkan saya jika saya terlihat sedang menggeneralisasikan sesuatu. Tapi sesungguhnya saya tidak mau dan tidak bermaksud untuk menjadi seperti Soleh Solihun yang menganggap synthesizer adalah alat musik yang tidak cocok untuk didengarkan di telinga 'orang tua', atau seperti deretan daftar 'grup anti' di facebook yang suka ikut-ikutan mencibir Kangen Band, Pee Wee Gaskin, dll. Silahkan makicaci sumpahi saya, karena anda bukan majikan saya!





Mei 2010 (tidak diberi tanggal karena ketika menulis catatan ini, saya lupa tanggal berapa).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar