Jumat, 07 Mei 2010

Leburkan Aku di Dalammu


Sadarkah kau bahwa matahari tak tampak di siang hari akhir-akhir ini? Seperti kita yang mulai mengurai menjadi satu kutub yang sama. Bagai Adam tanpa kisahnya. Yang kemudian menyatukan hitam dan putih. Menjadi abu-abu, kadang penuh hitam, dan kadang menjadi putih.

Wahai pribahasa, aku ingin kau menyadari. Betapa sesungguhnya kita dan hati tak seperti batu. Yang terjadi tanpa kau dan aku. Karena kita memang pernah bersama merapal mantera di balik kelingking yang bersenggama.

Kini engkau menjadi setengah lingkaran di atas kertas yang putih. Separuhnya kehilangan warna-warna semestinya. Peluklah diriku kenihilan yang suci. Leburkan aku di dalammu. Di lupamu yang luka. Di luka kita senggama.

Setiap jengkal kita memasuki dimensi ruang dan waktu, setiap jejak kita menapaki kalbu satupersatu, setiap ketika engkau jauh meninggalkanku. Serupa pohon yang tak teramati. Tak peduli. Tak diberi harga. Mati.

Kemudian Tuhan akan mempertanyakannya. Dimana kita tak seharusnya menjadi kau dan aku. Menyerah di altar langit.



Februari 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar