"Selama pemerintah tak memberi lapangan pekerjaan yang cukup bagi kita, anda jangan berharap dapat makan di tempat umum dengan bebas", kata seorang Pengamen, di daerah Radio Dalem, di tempat saya makan bebek goreng lesehan. Mereka dua orang. Yang satu main gitar, yang satu ngoceh.
Bebek Goreng itu di pinggir jalan. Tanpa atap. Barangkali misbar, gerimis bubar. Entah itu tempat nyewa atau tidak. Kalau ada yang ngewe di sana, tentu akan diberadabkan. Alasannya pasti karena itu tempat umum. Maka benarlah kalau si pengamen menyebutnya sebagai "tempat umum".
Ocehan pengamen itu memang bernada seperti ancaman, "anda jangan berharap dapat makan di tempat umum dengan bebas". Saya melihat beberapa orang gusar. Lalu pengamen itu bilang, "jangan takut, blablabla" (saya lupa kelanjutannya).
Mungkin masyarakat memang membutuhkan hal-hal ancaman seperti itu. Setidaknya menjadi terapi mental. Setidaknya menyentil mengingatkan, bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Maka seharusnya wajar jika anda was-was di tempat umum.
Saya sempat membayangkan: bagaimana jika pengamen yg datang besok main gitar tanpa aturan dan nyanyi teriak-teriakkan dengan tubuh telanjang di antara orang makan? Pasti mereka ketakutan. Pasti mereka tak nyaman. Siapa tahu, besok mereka takut keluar rumah? Siapa tahu mereka langsung sadar kalo dunia sedang tidak baik-baik saja?
Oh iya, si pengamen itu menyanyikan Incubus dan mulutnya bau mabuk. Saya beri seribu bukan maksud apa. Tapi untuk mereka lanjut mabuk. Semoga mereka tidak marah. Karena saya memang tak maksud bertindak seperti seorang Dermawan.
Setelah lagu pertama selesai, pengamen itu bilang, "itu tadi lagu ke 359". Lalu temannya menggitar intro. "ini lagu ke 360", tambahnya. Tak satu pun orang ada yang tertawa.
Kopasan dari twit saya, dengan sedikit editan.
Senin, 13 Mei 2011.
nestapa
BalasHapusEh? Kok kalo komen di sini mesti nunggu konfirmasi gitu ya? Ckck ga enak banget ada filternya. Gimana sih nih nyetingnya?
BalasHapusorang kita sudah tidak senang melucu lagi rupanya
BalasHapus