"Don't worry about a thing, cause every little thing gonna be all right." - Bob Marley, dalam lagunya Three Little Birds.
Albert Camus pernah mengatakan bahwa dunia ditakdirkan sebagai sesuatu yang absurd. Oleh karena itu, semua pencarian atas kebenaran akan berakhir pada kegagalan serta kesia-siaan. Di dunia yang serba tak jelas seperti itu, keberadaan manusia pun menjadi pertanyaan.
Sementara, di zaman ini, teknologi yang semakin canggih malah
menimbulkan kegelisahan: apakah hal itu adalah sebuah kemajuan, atau
kemunduran? Banyak
orang sudah menduga bahwa pada waktunya, semua peran manusia akan dapat
digantikan
oleh mesin. Teknologi akan melampaui segalanya, bahkan melampaui
interaksi
manusia. Hidup pun semakin tak jelas. Albert Einstein pernah
menghawatirkan hal ini,
"I fear the day that technology will surpass our human interaction. The
world will have a generation of idiots."
Harri Muthahari (selanjutnya akan saya sebut “Harbiw”), seorang mahasiswa FISIP UNPAD, melukisan
hal tersebut dalam karyanya berjudul Three
Little Pigs, Messing Their Own Life, sebuah lukisan dengan bentuk, objek,
dan warna yang eksperimental. Ia mengaku, judul Three Little Pigs, Messing Their Own Life diambil dari judul lagu
Bob Marley, Three Little Birds. Judul
lagu itu kemudian ia plesetkan dan tambahkan sesuai konteks yang hendak ia hadirkan.
Dalam lukisannya, Harbiw menghadirkan tiga Babi yang berada dalam sebuah meja sebagai fokus yang menggiring mata. Di atas meja itu ada daftar menu dan secangkir kopi. Meja itu seperti meja restoran. Tapi di meja restoran itu, ketiga Babi tersebut tak saling bicara. Mereka nampak hanya saling menggenggam handphone, dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Harbiw ingin menghadirkan suasana keterasingan dalam sebuah “dunia” yang di dalamnya teknologi ikut berperan.
Dalam lukisannya, Harbiw menghadirkan tiga Babi yang berada dalam sebuah meja sebagai fokus yang menggiring mata. Di atas meja itu ada daftar menu dan secangkir kopi. Meja itu seperti meja restoran. Tapi di meja restoran itu, ketiga Babi tersebut tak saling bicara. Mereka nampak hanya saling menggenggam handphone, dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Harbiw ingin menghadirkan suasana keterasingan dalam sebuah “dunia” yang di dalamnya teknologi ikut berperan.
Di belakang ketiga Babi itu, sesosok Monster berwarna biru
dengan sebelah matanya yang mengedip, seperti meledek. Diam-diam Monster
itu mengamati tiga Babi yang tak menyadari. Di sini, Harbiw
menghadirkan tanda yang penuh makna simbolis. Siapakah sebenarnya
Babi-babi itu? Siapakah sebenarnya Monster itu? Ada "rahasia" di sana.
Lebih dari itu, Harbiw sekonyong-konyong juga menghadirkan jam dinding, gitar, dan satu monster kecil yang berpose seperti ingin menyergap. Sebuah dunia yang tak jelas, yang terasing, sebuah dunia yang menghawatirkan.
Lebih dari itu, Harbiw sekonyong-konyong juga menghadirkan jam dinding, gitar, dan satu monster kecil yang berpose seperti ingin menyergap. Sebuah dunia yang tak jelas, yang terasing, sebuah dunia yang menghawatirkan.
Jika Bob Marley menyadari hal yang sama, ia harusnya juga ikut khawatir,
sebab every little thing isn’t gonna be alright!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar